Dalam pengkajian geografi, kita mengenal tiga pendekatan utama, yaitu
sebagai berikut.
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan tempat hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Pendekatan keruangan menganalisis gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebarannya dalam ruang. Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing- masing aspek-aspek keruangannya.
Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi :
- lokasi,
- kondisi fisik (alam), dan
- kondisi sosial budaya masyarakatnya.
Dalam menggunakan pendekatan keruangan, seorang ahli geografi akan mengkaji/menganalisis dengan sangat memperhatikan letak, distribusi, interelasi serta interaksi fenomena geosfer di dalam ruang yang sedang dikajinya.
Karena itu, analisis keruangan dapat dijadikan dasar untuk perencanaan penggunaan lahan tertentu.
Contoh:
Seorang pedagang ingin mendirikan toko sembako. Pedagang tersebut tentunya akan mendirikan tokonya di pinggir jalan raya dengan letak yang strategis (misalnya; dekat dengan pemukiman atau pasar). Distribusi bahan baku atau barang yang akan dijual sebagai kebutuhan tokonya juga mudah didapat. Barang jualannya juga akan mudah dibeli karena pasti sering dilewati banyak orang.
Pada contoh di atas, sangat jelas bahwa ruang untuk mendirikan "toko" harus memiliki value ruang seperti di pinggir jalan raya, lokasinya strategis (mudah dijangkau).
2. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisma hidup dan lingkungannya. Organisme hidup meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan, sedangkan lingkungan meliputi air, tanah, dan udara. Ekologi manusia (human ecology) adalah studi mengenai interaksi antara manusia dan lingkungannya, atau manusia dan manusia lainnya. Ekologi manusia sering pula disebut sebagai objek kajian geografi.
Pendekatan ekologis menekankan hubungan antar makhluk hidup dan komponen lingkungan hidup lainnya. Dalam hal ini, hubungan antara manusia dan lingkungannya. Interaksinya antara manusia dan lingkungan bersifat sebab akibat. Misalnya, kalau manusia merusak hutan maka manusia juga akan terkena dampaknya seperti longsor. Jadi, melalui pendekatan ini agar manusia selalu menjaga lingkungannya.
Pendekatan ekologis menekankan hubungan antar makhluk hidup dan komponen lingkungan hidup lainnya. Dalam hal ini, hubungan antara manusia dan lingkungannya. Interaksinya antara manusia dan lingkungan bersifat sebab akibat. Misalnya, kalau manusia merusak hutan maka manusia juga akan terkena dampaknya seperti longsor. Jadi, melalui pendekatan ini agar manusia selalu menjaga lingkungannya.
Pendekatan lingkungan didasari oleh salah satu prinsip dalam biologi, yaitu adanya interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam analisis lingkungan, geografi mencoba menelaah gejala saling pengaruh mempengaruhi (interaksi) dan hubungan timbal balik (interrelasi) antara komponen fisikal (alamiah) dengan nonfisik (sosial).
Dalam pendekatan ini dikenal konsep "man ecological dominant" artinya manusia mendominasi alam atau lingkungan. Perkembangan peradaban manusia membuat lingkungan berubah drastis dan berdampak pada bencana atau kerusakan yang muncul seperti polusi, pencemaran, longsor, banjir dan lainnya.
Contoh pendekatan kelingkungan dalam kajian geografi adalah sebagai berikut:
Longsor merupakan suatu gerakan tanah yang terjadi menuruni lereng secara cepat. Pada dasarnya longsor biasa terjadi bila curah hujan tinggi. Faktor alami seperti struktur tanah yang kurang baik dengan kemiringan lereng yang curam bisa menjadi faktor terjadinya longsor saat musim hujan tiba. Jika ini yang terjadi maka bukan pendekatan lingkungan yang digunakan karena faktor alami ruang yang bekerja (tidak ada aktifitas manusia yang memicu).
Beda halnya jika terjadi longsor, namun ini terjadi karena daerah lereng bukit misalnya dibuat lahan pertanian dan tanaman keras dihilangkan (pohon ditebang). Ini tentu menambah batas kritis lereng. Saat hujan terjadi maka longsor akan terjadi karena dipicu aktifitas manusia pada lereng tersebut. Inilah yang dinamakan pendekatan kelingkungan. Artinya setiap fenomena dalam ruang bisa dikaji secara alamiah dan dengan melihat interaksi manusia di dalamnya.
Dalam pendekatan ini dikenal konsep "man ecological dominant" artinya manusia mendominasi alam atau lingkungan. Perkembangan peradaban manusia membuat lingkungan berubah drastis dan berdampak pada bencana atau kerusakan yang muncul seperti polusi, pencemaran, longsor, banjir dan lainnya.
Contoh pendekatan kelingkungan dalam kajian geografi adalah sebagai berikut:
Longsor merupakan suatu gerakan tanah yang terjadi menuruni lereng secara cepat. Pada dasarnya longsor biasa terjadi bila curah hujan tinggi. Faktor alami seperti struktur tanah yang kurang baik dengan kemiringan lereng yang curam bisa menjadi faktor terjadinya longsor saat musim hujan tiba. Jika ini yang terjadi maka bukan pendekatan lingkungan yang digunakan karena faktor alami ruang yang bekerja (tidak ada aktifitas manusia yang memicu).
Beda halnya jika terjadi longsor, namun ini terjadi karena daerah lereng bukit misalnya dibuat lahan pertanian dan tanaman keras dihilangkan (pohon ditebang). Ini tentu menambah batas kritis lereng. Saat hujan terjadi maka longsor akan terjadi karena dipicu aktifitas manusia pada lereng tersebut. Inilah yang dinamakan pendekatan kelingkungan. Artinya setiap fenomena dalam ruang bisa dikaji secara alamiah dan dengan melihat interaksi manusia di dalamnya.
Untuk lebih jelasnya, coba kalian perhatikan bagan berikut ini.
3. Pendekatan Kompleks Kewilayahan (regional complex)
Pendekatan kompleks kewilayahan (regional complex) mencoba membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif. Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan pendekatan ekologi. Hal ini karena setiap daerah memiliki perbedaan, baik kondisi alam maupun manusia, sehingga setiap daerah akan melakukan interaksi dengan daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu, terjadi penawaran dan permintaan akan barang dan jasa.
Contoh 1
analisis kompleks wilayah diterapkan dalam perancangan kawasan permukiman transmigrasi.
Contoh 2
- Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah potensial di luar Jawa (misal; Kalimantan) yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan tanah dan tingkat kemiringan lereng dan morfologi yang sesuai untuk permukiman dan juga pertanian.
- Langkah kedua, identifikasi aksesibilitas wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan untuk jangka panjang dan jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.
Contoh 2
Setiap tahun, wilayah Jakarta dan sekitarnya pasti dilanda banjir saat puncak musim penghujan tiba. Mengapa tiap tahun Jakarta selalu banjir? Jika dianalisa lebih jauh mendalam komperhensif, banjir di Jakarta itu bukan hanya akibat faktor keruangan Jakarta saja yang bermasalah. Namun ada peran daerah lain yang menyumbang limpasan air menuju Jakarta.
Kita lihat daerah tetangga Jakarta mulai dari Bogor, Bekasi dan Tangerang. Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan menjadi hulu sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta. Artinya jika di daerah hulu hujan besar maka limpasan air akan turun ke Ciliwung dan sampai ke Jakarta.
Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan pusat pembentukan hujan. Jadi secara alami, jik daerha hulu hujan maka air akan turun ke daerah yang lebih rendah, dan menuju ke muara (dalam hal ini Jakarta). Jadi jangan heran kalau di berita sering dibahas tentang istilah "banjir kiriman dari Bogor". Coba kalau aliran dari Bogor tidak melewati Jakarta, mungkin banjir bisa dikurangi. Jadi disini ada peran wilayah lain yaitu Bogor dan Depok sebagai pemicu banjir di Jakarta.
Kita lihat daerah tetangga Jakarta mulai dari Bogor, Bekasi dan Tangerang. Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan menjadi hulu sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta. Artinya jika di daerah hulu hujan besar maka limpasan air akan turun ke Ciliwung dan sampai ke Jakarta.
Bogor merupakan daerah dataran tinggi dan pusat pembentukan hujan. Jadi secara alami, jik daerha hulu hujan maka air akan turun ke daerah yang lebih rendah, dan menuju ke muara (dalam hal ini Jakarta). Jadi jangan heran kalau di berita sering dibahas tentang istilah "banjir kiriman dari Bogor". Coba kalau aliran dari Bogor tidak melewati Jakarta, mungkin banjir bisa dikurangi. Jadi disini ada peran wilayah lain yaitu Bogor dan Depok sebagai pemicu banjir di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.