Sabtu, 09 Februari 2019

Tanah Grumusol : Pengertian, Karakteristik, Jenis dan Pemanfaatan

Peranan tanah dalam kehidupan manusia sangatlah besar, apa jadinya jika seluruh daratan di dunia ini hanya terdiri atas batuan tentu saja tidak ada satupun makhluk dapat bertahan hidup. Tanah dikelompokan atas beberapa jenis jenis tanah yang mana memiliki perbedaan yang nyata diantaranya, sebut saja salah satunya seperti perbedaan warna, struktur, sifat dan lainnya. Jenis dan sifat tanah perlu diketahui secara pasti, terutama untuk mendukung kegiatan manusia di berbagai bidang salah satunya pertanian. Seorang pakar pertanian tentu harus melihat dan mengecek kondisi suatu tanah sebelum memberikan kesimpulan apakah suatu tanah layak dijadikan areal pertanian pangan atau tidak.

Tanpa dilakukan observasi lapangan maka produksi pangan akan rendah dan tidak akan mencukupi kebutuhan yang setiap tahun selalu naik. Tidak semua jenis tanah bersifat sibur dan cocok ditanami komoditas pangan, sebut saja salah satu jenis tanah yang kurang ideal atau subur seperti Grumusol, Podsol dan bahkan tanah padas. Namun pada artikel sekarang secara khusus akan mendalami materi dari tanah Grumusol seperti pengertian, pengelompokan, ciri ciri dan manfaat yang bisa diambil dari jenis tanah tersebut.

Pengertian Tanah Grumusol
Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat menjadi racun bagi tumbuhan.

Tanah grumusol masih membawa sifat dan karakteristik seperti batuan induknya. Pelapukan yang terjadi hanyalah mengubah fisik dan tekstur unsur seperti Ca dan Mg yang sebelumnya terikat secara rapat pada batuan induknya menjadi lebih longgar yang dipengaruhi oleh faktor faktor luar seperti cuaca, iklim, air dan lainnya. Terkadang pada tanah grumusol terjadi konkresi kapur dengan unsur kapur lunak dan terus berkembang menjadi lapisan yang tebal dan keras.

Karakteristik Tanah Grumusol
Sama seperti jenis tanah lainnya, tanah grumusol memiliki sifat dan karakteristik yang sangat khas dan mudah dikenali serta dibedakan seperti keras dan liat sehingga tak jarang petani menggunakan alat khusus untuk membalikan tanah jenis ini. Itu sebagian kecil dari sifat tanah grumusol dan berikut karakteristik berserta penjelasannya secara lengkap.

1. Bertekstur Lempung
Tanah grumusol memiliki sifat lempung yaitu sedikit keras, mudah dibentuk dan mudah pecah atau hancur. Sebenarnya terdiri dari berbagai jenis lempung dan ukuran mulai dari lempung berliat dengan ciri ciri agak kasar, mudah dibentuk terutama ketika kering, bisa sedikit digulung ketika ditekan, namun gulungan tersebut mudah hancur dan tingkat kelekatan sedang.

Lempung berliat sering dijumpai pada lapisan grumusol dalam atau berada pada horizon A hingga B, sedangkan pada bagian permukaan umumnya memiliki tekstur lempung berpasir yang cirinya hampir sama dengan lempung berlihat hanya saja memiliki tekstur butiran yang lebih besar yakni diatas 50 mikron sedangkan tipe lempung berliat dengan tekstur kurang dari 2 mikron. Tekstur tanah yang berbeda ini menjadikannya memiliki kemampuan cukup tinggi untuk menahan air.

2. Struktur Lapisan Atas Dan Bawah Sangat Berbeda
Umumnya profil tanah grumusol memiliki beberapa lapisan mulai dari atas hingga bawah. Untuk lapisan atas berbentuk seperti granuler dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari pasir, bentuk granuler tersebut sering terlihat berbentuk seperti bunga kubis (cauli flower structure) sedangkan pada lapisan bagian dalam bergumpal gumpal atau bisa dikatakan pejal, lapisan inilah yang seringkali membuat para pengolah merasa kesulitan dan harus menggunakan semacam linggis melunakkan-nya.


3. Tidak Memiliki Horizon Eluviasi Dan Iluviasi
Karena memiliki sifat yang liat, maka pada tanah grumusol tidak terdapat lapisan yang berguna untuk tempat pencucian unsur-unsur tanah, hal ini disebabkan oleh daya ikat Ca dan Mg serta unsur lainnya pada tanah jenis ini begitu kuat sehingga ketika air masuk tidak mudah bagi air untuk melarutkan serta menghanyutkan berbagai unsur tersebut. Tidak seperti tanah lain seperti Inceptisol ataupun tanah andosol yang memiliki lapisan atau horizon A3 dan B pada setiap penampang vertikal tanahnya.

4. Koefisien Pemuaian Tinggi
Hal ini dapat terjadi terutama jika kadar air pada tanah grumusol diubah atau dengan kata lain ketika dalam kondisi kering, sangat mudah memuai jika semua air didalamnya dihilangkan. Itulah kenapa volume tanah grumusol akan lebih besar saat pembagian musim kemarau dan akan kembali normal saat musim hujan. Pada daerah yang terdapat tanah grumusol dapat terlihat dengan kondisi tanah yang mengembang dan merekah saat terjadi musim panas atau kemarau.

5. Memiliki Warna Kelabu Hingga Hitam
Tanah grumusol memiliki warna yang mirip dengan tanah endapan seperti tanah alluvial dan tanah entisol yang membedakannya adalah tekstur tanahnya jika diperhatikan dengan seksama jelas akan berbeda terutama pada bagian permukaan tanah, grumusol lebih berliat dan sedikit kasar sedangkan tanah endapan lebih lembut dan lebih halus. Kadar unsur yang terkandung pada tanah grumusol juga menentukan penampakan warnanya.

6. Kandungan Organik Rendah
Tanah grumusol umumnya memiliki kadar bahan organik berkisar antara 0.06 persen hingga 4.5 persen, sangat sedikit jika dibandingkan jenis tanah lain seperti tanah andosol. Kandungan organik akan semakin menurun pada lapisan dalam, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi kadar kapur karena pada lapisan tanah dalam lebih dekat dengan batuan induk. Selain itu kandungan organik juga tergantung dari jenis vegetasi penutup lahan, misalnya grumusol sawah akan berbeda dengan grumusol yang ditumbuhi rumput rumputan.

7. Memiliki PH Netral Hingga Alkali
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penyusun utama batuan induk dari tanah grumusol adalah kapur sehingga memiliki PH yang bersifat basa, namun pada beberapa kondisi terutama jika sudah tercampur dengan abu vulkanik yang bersifat sedikit asam, maka PH dapat berada di area netral. Jadi faktor yang menentukan tingkat keasaman yaitu sifat bawaan dan penyebab yang berasal dari luar seperti abu vulkanik tadi.

8. Kapasitas Tukar Kation Tergolong Tinggi
Tanah grumusol memiliki KTK tinggi hingga sangat tinggi yang bernilai 36.13 hingga 77.38 cmol (+)kg-1, sedangkan untuk grumusol dengan tesktur berliat memiliki nilai 52 hingga 176.48 cmol (+)kg-1. Penyebab kenapa KTK pada jenis tanah ini begitu tinggi disebabkan oleh unsur smektit yang sangat dominan.

Jenis Tanah Berdasarkan Faktor Pembentuk
Terbentuknya tanah grumusol tidak hanya terjadi karena faktor yang sama, pada alam ini ada banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya tanah grumusol. Ada banyak hal yang terjadi selama proses pembentukan tanah grumusol sehingga pada akhirnya membentuk beberapa jenis seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Grumusol Pada Batuan Kapur Dan Bernapal – Tanah grumusol jenis ini dapat terbentuk dikarenakan oleh adanya susunan dan struktur batuan kapur yang mana terakumulasinya beberapa mineral seperti Ca dan Mg secara periodik sehingga membentuk lapisan tanah dengan kadar lempung yang tinggi. Sehingga hal itu menjadikan tanah grumusol batuan kapur ini memiliki sifat plastisitas dan koefisien pemuaian dan pengerutan paling rendah jika dibandingkan dengan tanah grumusol jenis lainnya.

2. Grumusol Pada Sedimen Tuff Tetier – Tanah grumusol jenis ini memiliki ciri atau tanda memiliki horizon yang tersusun dari atas ke bawah dengan tekstur lempung berwarna kelabu yang rentan terjadi erosi dan mengandung besi serta pada bagian bawah terdapat batuan induk yang mengalami pelapukan kecil. Tanah ini memiliki tingkat keasaman berkisar antara 6 hingga 6.5 tanpa adanya konsentrasi kapur sehingga PH nya sedikit asam. Namun pada ekstrak HCl, kandungan kapur cukup tinggi. Grumusol sedimen tuff tetier dapat ditemukan di gunung kidul dan sekitarnya.

3. Grumusol Pada Marl, oalcareous shales dan Batu Kapur Loam – Tanah grumusol dengan jenis seperti ini terjadi di daerah pengunungan dengan kontur tanah bergelombang sehingga sering mengalami peremajaan akibat tingkat erosi tanah yang tinggi. Proses pelapukan batu induk berlangsung cukup cepat karena tekstur halus, memiliki kadar kapur tinggi. Lapisan paling atas berwarna coklat dan lempung serta mengandung kapur sehingga PH nya sedikit basa yakni 7.8. Pada lapisan subsoil kadar kapur semakin tinggi sehingga PH meningkat hingga 8.2 dan pada lapisan dibawahnya lagi terdapat batu lempung berpasir dengan warna kelabu dengan bercak coklat.

4. Grumusol Bergaram (Saline) – Tanah grumusol jenis ini hanya berkembang di daerah iklim kering dengan curah hujan hanya 1000 mm per tahun dan memiliki musim kemarau 6 bulan. Berwarna hitam dan terdapat pada tuff balistik kuarter, memiliki PH antara 7.2 hingga 8.7 di kedalaman 50 cm. Karena sedikitnya curah hujan menyebabkan kadar air menjadi sedikit sedangkan konsentrasi garam lebih tinggi dan bisa ditemukan pada daerah jawa timur hingga nusa tenggara. (baca : manfaat curah hujan yang tinggi)

5. Grumusol Alluvial – Merupakan tanah grumusol yang terletak pada daerah alluvial atau terdapat banyak endapan, umumnya terdapat di pinggir sungai besar dimana batuan induk memiliki konkresi kapur yang tinggi atau juga terletak pada sungai yang memiliki batuan bernapal dengan tekstur halus.

6. Grumusol Pada Lahar – Tanah grumusol yang terletak di dekat gunung berapi, terbentuk dari lahar yang mengendap dan membeku dengan curah hujan yang tinggi sehingga mengalami pencucian ekstrim. Jenis jenis air tanah akan melarutkan garam, menurunkan kadar silika sehingga dalam kurun waktu lama akan membentuk lapisan lempung montmorilonit.

Pemanfaatan Tanah Grumusol
Meskipun memiliki sifat dan karakteristik yang tidak begitu menguntungkan, tanah grumusol masih menyimpan prospek salah satunya untuk areal persawahan. Namun sebelumnya harus memperhatikan aspek-aspek pendukung seperti drainase yang baik dan jaringan irigasi yang memadai dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dan kekurangan tanah grumusol ini. Sebelumnya sudah diterangkan bahwa tanah grumusol memiliki koefisien pemuaian dan pengerutan yang begitu tinggi, sehingga apabila tidak ada irigasi maka tanah jenis ini akan mengering, mengembang dan merekah. Akar akar tanaman pun akan terputus terutama pada pergerakan akar menyamping, akibat yang akan terjadi yakni kegagalan panen. Selain itu masalah dalam pemanfaatan tanah grumusol yakni memiliki kadar Nitrogen yang rendah sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman. Perlu dilakukannya penambahan pupuk seperti Urea dan NFK untuk hasil yang lebih baik. 

(Baca : ciri ciri tanah subur dan tidak subur)

Dengan memperhatikan semua aspek tersebut maka seorang petani akan lebih terbantukan dalam mengolah tanah grumusol. Pada musim hujan, grumusol dapat ditanami padi dan ketika musim kemarau lebih cocok ditanam palawija ataupun singkong, dengan catatan jika tidak ada sistem irigasi. Selain itu pemberian pupuk dapat dilakukan ketika tanah dalam kondisi basah, karena pada kondisi seperti ini pupuk akan cepat tercampur bersama tanah.

Komposisi mineral pada tanah grumusol
Komposisi mineral yang terdapat pada tanah grumusol tergantung dari bahan batuan induknya serta beberapa faktor luar selama proses pembentukannya dan komposisi fraksi liat sama pada semua jenis grumusol yang didominasi oleh smektit. Tingginya kadar Ca dan Mg juga perlu diperhatikan terutama pada tanah grumusol yang akan dijadikan areal pertanian karena Ca berasosiasi dengan kandungan kapur yang justu akan meracuni tanaman.

Setelah melihat segala kelebihan dan kekurangan tanah grumusol dapat disimpulkan bahwa tanah ini masih berpotensi untuk diolah manusia dengan melakukan berbagai perbaikan atau normalisasi terhadap kandungan unsur mineral didalamnya. Tanah grumsol bisa dijadikan areal persawahan dengan sistem irigasi ataupun dapat dijadikan kolam budidaya ikan air tawar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem adalah tiga tingkat keanekaragaman hayati yang berbeda dan sali...

Chiba University, Japan

Chiba University, Japan