Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar perut bumi. Tenaga
eksogen merupakan tenaga yang dapat merombak dan merubah bentuk muka
bumi atau bentang lahan yang telah ada. Perombakan muka bumi akibat tenaga
eksogen dapat disebabkan oleh proses pelapukan, pengikisan, pengendapan,
dan pergerakan batuan atau tanah. Proses perombakan atau perubahan muka
bumi ini, pengerjaannya dilakukan oleh air, udara, dan es.
1) Pelapukan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara
fisika, kimiawi, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh
cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi
tanah. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka
tanah tersebut dinamakan tanah mineral.
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan
Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu
sebagai berikut.
- Struktur batuan. Keadaan struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya batu lempeng (batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk misalnya batuan beku.
- Topografi. Keadaan topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan mudah melapuk dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
- Cuaca dan iklim. Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yang memiliki iklim lembab dan panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan, apabila dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.
- Vegetasi. Keadaan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos batuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab, serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.
b) Jenis-jenis pelapukan
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
- Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut.
- Akibat perbedaan temperatur. Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.
- Akibat erosi di daerah pegunungan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.
- Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap dengan menggunakan dinamit.
- Akibat perubahan air garam menjadi kristal Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan sekitarnya, terutama batuan karang.
- Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air, dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut dekomposisi. Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.
- Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
- Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.
- Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalami pelapukan.
- Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.
- Dolina. Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.
- Gua dan sungai bawah tanah. Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah.
- Stalaktit dan Stalagmit. Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur. Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai lubang pipa tempat menetesnya air. Stalagmit adalah kerucut kapur berbentuk tumpul yang menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa. Contohnya, stalaktit dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan Ciguha Sukabumi Jawa Barat, Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros Sulawesi Selatan.
Stalagtit dan Stalagmit
- Pelapukan organik (biologis), adalah pelapukan batuan oleh mahluk hidup. Pelapukan jenis ini dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah subyek yang melakukannya, yaitu mahluk hidup berupa manusia, hewan ataupun tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan batuan.
lumut melapukkan batuan
2) Pengikisan (erosi)
Pengikisan atau erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa
batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga yang
bergerak di atas permukaan bumi. Ada empat jenis erosi bila dilihat dari
zat pelarutnya, yaitu sebagai berikut.
a) Ablasi
a) Ablasi
Ablasi adalah erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir. Air yang
mengalir menimbulkan banyak gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Besarnya
gesekan pada tanah dipengaruhi oleh besarnya air yang mengalir. Gesekan
akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar. Kecepatan
air juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) lahan juga besar. Gesekan
antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan gesekan antara benda
benda padat yang terangkat air oleh tanah atau batuan di bawahnya dapat
menyebabkan terjadinya pengikisan. Pengikisan oleh air sungai yang terjadi
secara terus menerus dapat mengakibatkan terbentuk V, jurang atau ngarai,
aliran deras, dan air terjun.
Bagaimana terjadinya lembah? Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai, atau sering disebut erosi vertikal. Apabila aliran aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertikal, sungai semakin lama semakin dalam, sedangkan erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertikal membentuk huruf v. Contohnya, lembah Aria, Ngarai Sihanok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat.
Bagaimana terjadinya jurang? Bentang alam yang dalam dan sempit, termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah terkikis oleh air, sedangkan erosi veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu, erosi vertikal berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring atau cenderung vertikal, sedangkan dasar sungai merupakan bahan yang resisten, yaitu batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.
Bagaimana terjadi aliran deras pada bagian sungai? Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun pendek yang alirannya deras. Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan, sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut,
Abrasi yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggungan yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang meretakan batuan di pantai, kemudian retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelombang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform.
c) Eksarasi
Eksarasi yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di daerah pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi, diawali oleh turunnya salju di suatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah, sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Berkat gaya gravitasi, massa es tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.
d) Deflasi
Deflasi yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan mengikis batuan tersebut.
Batu Jamur
Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh air sungai.
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.
Proses Terjadinya Oxbow Lake (Danau Tapal Kuda)
Delta Sungai Mississippi
b) Pengendapan oleh air laut.
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
c) Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dunes). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Gumuk pasir (San Dunes)
d) Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Bagaimana terjadinya lembah? Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai, atau sering disebut erosi vertikal. Apabila aliran aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertikal, sungai semakin lama semakin dalam, sedangkan erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertikal membentuk huruf v. Contohnya, lembah Aria, Ngarai Sihanok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat.
Bagaimana terjadinya jurang? Bentang alam yang dalam dan sempit, termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah terkikis oleh air, sedangkan erosi veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu, erosi vertikal berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring atau cenderung vertikal, sedangkan dasar sungai merupakan bahan yang resisten, yaitu batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.
Bagaimana terjadi aliran deras pada bagian sungai? Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun pendek yang alirannya deras. Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan, sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut,
- Erosi percik (Splash Erosion) Erosi percik yaitu proses pengikisan yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan diendapkan di tempat lain.
- Erosi lembar (Sheet Erosion) Erosi lembar yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama atau merata dalam suatu permukaan tanah.
- Erosi alur (Rill Erosion) Erosi alur terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan, sehingga di cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Aluralur akibat erosi dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah biasa.
- Erosi parit (Gully Erosion) Proses terjadinya erosi parit sama halnya dengan erosi alur, tetapi saluransaluran yang terbentuk telah dalam, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Abrasi yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggungan yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang meretakan batuan di pantai, kemudian retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelombang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform.
c) Eksarasi
Eksarasi yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis erosi ini hanya terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di daerah pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi, diawali oleh turunnya salju di suatu lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah, sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Berkat gaya gravitasi, massa es tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.
d) Deflasi
Deflasi yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan mengikis batuan tersebut.
Batu Jamur
3) Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan
oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua
batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan
menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan
tempat lain akan berbeda.
Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh air sungai.
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.
Proses Terjadinya Oxbow Lake (Danau Tapal Kuda)
Delta Sungai Mississippi
b) Pengendapan oleh air laut.
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
c) Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dunes). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Gumuk pasir (San Dunes)
d) Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
4) Pergerakan batuan atau tanah (Masswasting)
Masswasting atau massmovement adalah proses perpindahan massa
batuan dan atau tanah dalam volume yang besar karena pengaruh gravitasi.
Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi empat,
yaitu sebagai berikut:
- Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali pepohonan yang tumbuh membengkok atau tiang listrik yang berdiri miring.
- Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat karena dibantu oleh aliran air dalam tanah yang telah jenuh.
- Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat. Landslide terdiri atas:
- Rockslide, yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan.
- Rock fall, yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blokblok batuan.
- Slump, yaitu peristiwa longsoran tanah yang gerakannya terputus-putus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.