Kamis, 27 November 2025

Membangun Jalur Ikan sebagai Solusi Strategis Pelestarian Biodiversitas Perikanan di Indonesia

Fishway

Menjaga keberlangsungan spesies ikan merupakan tantangan besar yang harus dihadapi berbagai pihak, terutama pemerintah. Upaya tersebut tidak mudah dilakukan mengingat tekanan ekologis yang semakin meningkat, mulai dari pembangunan infrastruktur air, eksploitasi sumber daya, hingga degradasi lingkungan. Meski demikian, pelestarian ikan tidak dapat ditunda karena keberhasilan konservasi berperan penting dalam menjaga biodiversitas perairan Indonesia dan memastikan keberlanjutan sumber daya pangan bagi masyarakat.

Salah satu solusi strategis yang semakin mendapat perhatian adalah pembangunan jalur ikan (fishway) pada setiap bendung atau bendungan yang ada maupun yang akan dibangun di masa mendatang. Jalur ikan berfungsi sebagai koridor ekologis yang memungkinkan ikan bermigrasi secara alami tanpa terhalang struktur buatan manusia. Dengan adanya fishway, ikan dapat berpindah dari hilir ke hulu dan sebaliknya untuk mencari makan, berlindung, mengasuh anakan, serta melakukan proses reproduksi secara optimal. Penerapan teknologi fishway telah terbukti secara global meningkatkan tingkat keberhasilan migrasi dan menjaga populasi ikan migratorik.

Kebutuhan jalur migrasi menjadi sangat penting bagi spesies dengan siklus hidup kompleks, seperti ikan sidat (Anguilla spp.). Sidat memerlukan jalur migrasi yang bebas hambatan untuk berpindah dari laut ke hulu sungai. Tanpa jalur tersebut, siklus reproduksi sidat dapat terganggu, sehingga potensinya untuk mengalami kepunahan lokal semakin besar. Studi terbaru menunjukkan bahwa sidat memiliki kecepatan renang yang rendah dan sensitif terhadap arus kuat, sehingga desain jalur ikan yang tepat merupakan prasyarat mutlak untuk mendukung migrasi alaminya.

Permasalahan penurunan biodiversitas ikan di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya jalur ikan pada banyak bendungan yang telah dibangun. Ketika konektivitas sungai terputus, daur hidup ikan—yang mencakup migrasi, reproduksi, dan rekrutmen anakan—menjadi terganggu. Laporan KKP dan BRIN menyebutkan bahwa sebagian besar bendungan lama belum dibangun dengan prinsip ramah ikan, sehingga berkontribusi pada penurunan populasi ikan air tawar.

Kondisi inilah yang mendorong pemerintah, lembaga penelitian, hingga organisasi internasional untuk melakukan intervensi. BRIN sejak 2020 telah mengembangkan berbagai riset mengenai jalur migrasi ikan untuk memulihkan konektivitas sungai di Indonesia. FAO juga mendorong pembangunan fishway di berbagai daerah, terutama di Jawa Barat, untuk meningkatkan keberlanjutan ikan air tawar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teknologi fishway mampu mempertahankan 60–70% populasi ikan migratorik, dibandingkan hanya 10–20% bila sungai terfragmentasi tanpa jalur migrasi.

Selain manfaat ekologis, pembangunan jalur ikan juga berdampak ekonomi. Keberlanjutan populasi ikan berarti menjaga sumber pangan masyarakat pedesaan, meningkatkan potensi perikanan tangkap lokal, dan mendukung ketahanan pangan nasional. Maka, pembangunan fishway bukan hanya agenda konservasi, tetapi juga strategi pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, jalur ikan merupakan infrastruktur lingkungan yang perlu diprioritaskan dalam setiap pembangunan bendungan. Penerapannya harus mempertimbangkan karakteristik sungai, jenis ikan lokal, serta hasil kajian ilmiah agar benar-benar efektif. Langkah ini menjadi investasi ekologis jangka panjang bagi Indonesia dalam menjaga keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan nasional.

Daftar Pustaka

Antara News. (2022). FAO dorong penerapan fishway untuk jamin ketersediaan ikan air tawar. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/2968173

Antara News. (2023). BRIN garap pengembangan jalur migrasi ikan air tawar. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/3861390

Antara News. (2024). Teknologi tangga ikan untuk pertahankan biodiversitas air tawar. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/4115361

Badan Litbang KKP. (2021). Dampak infrastruktur air terhadap kinerja perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan.

BRIN. (2023). Kajian konektivitas sungai dan migrasi ikan di Indonesia. Jakarta: BRIN Press.

FAO. (2022). FAO and West Java Government encourage fishway development. Food and Agriculture Organization.

Mukti, A. & Nurfiarini, A. (2022). Kecepatan berenang dan ketahanan renang stadia elver sidat (Anguilla spp.) sebagai dasar desain fishway. Jurnal PSP Albacore, IPB University.

PUPR. (2023). Pentingnya jalur ikan dalam pembangunan bendungan ramah lingkungan. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Pertanyaan
a. Berdasarkan esai tersebut, jelaskan fenomena utama yang memengaruhi penurunan biodiversitas dan populasi ikan di Indonesia!
b. Identifikasikan dan jelaskan konsep-konsep geografi yang muncul dalam fenomena pembangunan bendungan tanpa jalur ikan (fishway). Jelaskan pula bagaimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan!(Sertakan peta konsep sederhana dalam bentuk teks)
c. Buatlah tiga rumusan masalah penelitian yang dapat dikembangkan dari fenomena hilangnya jalur migrasi ikan di Indonesia!
d. Jika Anda menjadi pengambil kebijakan nasional, strategi apa yang akan Anda rancang untuk mengembalikan konektivitas sungai dan meningkatkan kelestarian ikan tanpa menghambat pembangunan infrastruktur air di Indonesia? Jelaskan alasan serta manfaat jangka panjangnya!
e. Sebagai siswa SMA yang tinggal di wilayah perkotaan, refleksikan bagaimana fenomena penurunan biodiversitas ikan di sungai-sungai Indonesia dapat berdampak tidak langsung terhadap kehidupan Anda—baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Sistem Perakaran Hutan dan Permasalahan Ekologis di Indonesia

Sistem perakaran hutan merupakan struktur biologis yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekosistem hutan. Akar tidak hanya menjadi or...

Chiba University, Japan

Chiba University, Japan