Menjaga keberlangsungan spesies ikan merupakan tantangan besar yang harus dihadapi berbagai pihak, terutama pemerintah. Upaya tersebut tidak mudah dilakukan mengingat tekanan ekologis yang semakin meningkat, mulai dari pembangunan infrastruktur air, eksploitasi sumber daya, hingga degradasi lingkungan. Meski demikian, pelestarian ikan tidak dapat ditunda karena keberhasilan konservasi berperan penting dalam menjaga biodiversitas perairan Indonesia dan memastikan keberlanjutan sumber daya pangan bagi masyarakat.
Salah satu solusi strategis yang semakin mendapat perhatian adalah pembangunan jalur ikan (fishway) pada setiap bendung atau bendungan yang ada maupun yang akan dibangun di masa mendatang. Jalur ikan berfungsi sebagai koridor ekologis yang memungkinkan ikan bermigrasi secara alami tanpa terhalang struktur buatan manusia. Dengan adanya fishway, ikan dapat berpindah dari hilir ke hulu dan sebaliknya untuk mencari makan, berlindung, mengasuh anakan, serta melakukan proses reproduksi secara optimal. Penerapan teknologi fishway telah terbukti secara global meningkatkan tingkat keberhasilan migrasi dan menjaga populasi ikan migratorik.
Kebutuhan jalur migrasi menjadi sangat penting bagi spesies dengan siklus hidup kompleks, seperti ikan sidat (Anguilla spp.). Sidat memerlukan jalur migrasi yang bebas hambatan untuk berpindah dari laut ke hulu sungai. Tanpa jalur tersebut, siklus reproduksi sidat dapat terganggu, sehingga potensinya untuk mengalami kepunahan lokal semakin besar. Studi terbaru menunjukkan bahwa sidat memiliki kecepatan renang yang rendah dan sensitif terhadap arus kuat, sehingga desain jalur ikan yang tepat merupakan prasyarat mutlak untuk mendukung migrasi alaminya.
Permasalahan penurunan biodiversitas ikan di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya jalur ikan pada banyak bendungan yang telah dibangun. Ketika konektivitas sungai terputus, daur hidup ikan—yang mencakup migrasi, reproduksi, dan rekrutmen anakan—menjadi terganggu. Laporan KKP dan BRIN menyebutkan bahwa sebagian besar bendungan lama belum dibangun dengan prinsip ramah ikan, sehingga berkontribusi pada penurunan populasi ikan air tawar.
Kondisi inilah yang mendorong pemerintah, lembaga penelitian, hingga organisasi internasional untuk melakukan intervensi. BRIN sejak 2020 telah mengembangkan berbagai riset mengenai jalur migrasi ikan untuk memulihkan konektivitas sungai di Indonesia. FAO juga mendorong pembangunan fishway di berbagai daerah, terutama di Jawa Barat, untuk meningkatkan keberlanjutan ikan air tawar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teknologi fishway mampu mempertahankan 60–70% populasi ikan migratorik, dibandingkan hanya 10–20% bila sungai terfragmentasi tanpa jalur migrasi.
Selain manfaat ekologis, pembangunan jalur ikan juga berdampak ekonomi. Keberlanjutan populasi ikan berarti menjaga sumber pangan masyarakat pedesaan, meningkatkan potensi perikanan tangkap lokal, dan mendukung ketahanan pangan nasional. Maka, pembangunan fishway bukan hanya agenda konservasi, tetapi juga strategi pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, jalur ikan merupakan infrastruktur lingkungan yang perlu diprioritaskan dalam setiap pembangunan bendungan. Penerapannya harus mempertimbangkan karakteristik sungai, jenis ikan lokal, serta hasil kajian ilmiah agar benar-benar efektif. Langkah ini menjadi investasi ekologis jangka panjang bagi Indonesia dalam menjaga keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan nasional.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.