Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan
memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar halusnya
tanah).
5. Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai
macam. Sebab banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi yang
dikembangkan sendiri oleh negara tersebut.
Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan
dari kata latin solum. Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi
sepuluh macam.
- Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida.
Tanah ini telah mengalami pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran
besi dan aluminium, sedikit bahan organik. Warnanya dari kuning ke
merah coklat sampai coklat kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah
lateritik, latosol, dan laterit air tanah. (Menurut klasifikasi tanah tahun
1949).
- Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat,
yang ditandai pula dengan pengaruh luar, pencucian (leached). Warnanya
merah sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan, setengah bog (gambut),
glei humus rendah.
- Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region
bervegetasi sabana atau steppa, di daerah iklim tropika dan subtropika
yang memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti dengan nyata.
- Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi
tanah ini masih baru, belum menunjukkan perkembangan horizon. Adapun
yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah alluvial, regosol gunung,
regosol pantai, dan lithosol.
- Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan
penampangnya. Namun, sudah ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini terjadi
dalam hampir semua region iklim.
- Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum
yang sangat asam, kemampuan menahan air rendah, dan kurang subur.
- Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari
7,0. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem,
brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya.
- Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan
alumunium, besi, air, dan bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya
mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun yang termasuk
tanah ini adalah grey-brown podzolic dan wooded, beberapa planosol
dan noncalcic-brown.
- Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya
rendah, warnanya kemerah-merahan, terbentuk di daerah gurun atau
semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah reddish dessert,
sierozem, dan raddish brown.
- Histosol, mencakup semua tanah organik, seperti tanah organosol dan
gambut (bog).
6. Jenis-jenis tanah di Indonesia
Sebagian besar tanah di Indonesia merupakan tanah vulkanis. Walau
demikian, jika lebih dikhususkan lagi maka jenisnya sangat beraneka ragam,
antara lain sebagai berikut.
a. Tanah gambut atau tanah organik (organosol)
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa
atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi
deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat
hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak
lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung
dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam
(pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi
tiga, yaitu sebagai berikut.
- Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan
0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa,
hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya
di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
- Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa
di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa
tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan
unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening
(Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan
(Cilacap, Jawa Tengah).
- Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal
dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum).
Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut:
- Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya
lebih tinggi.
- Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya
selalu tergenang air.
- Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal
dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur,konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan
sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran
aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur
pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis
atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah
beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya
merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal
(< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur,
terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi.
Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalamannya
dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur
hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di
daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan
induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur
lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila
kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi.
Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah
hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
Baca: Tanah Grumusol : Pengertian, Karakteristik, Jenis dan Pemanfaatan
g. Podsolik
merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung
hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH
kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning,
kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa,
tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan
kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon
terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung
hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya
tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat
rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan
kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam.
Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah
Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum
agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi.
Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran
merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal,
warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone)
dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid,
bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah
pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah
400 m.
*Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut Terrarossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,
yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang
air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga
lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam
(pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan
glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5
meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim
humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang
dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan
bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari
muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya
terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada
permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang
tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut
nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada
tanah aluvial dan grumosol.