Kamis, 23 Oktober 2025

Pukat Harimau: Ancaman di Balik Jaring Raksasa Penangkap Ikan

Pukat harimau merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan berukuran sangat besar yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan skala komersial. Jaring ini dirancang menyerupai kerucut raksasa dan ditarik oleh kapal bermesin besar sehingga mampu menangkap ikan dalam jumlah besar dalam satu kali operasi. Dari sudut pandang ekonomi, pukat harimau memang dianggap efektif karena hasil tangkapannya melimpah dan cepat. Namun, di balik efektivitas tersebut, alat tangkap ini menyimpan dampak ekologis yang sangat serius bagi keberlanjutan laut.

Ketika dioperasikan, pukat harimau dibenamkan ke dalam air dan diseret melintasi area yang luas, bahkan hingga menyapu dasar laut. Saat jaring bergerak, alat ini akan mengeruk serta menyapu ekosistem bentik—rumah bagi banyak organisme laut seperti terumbu karang, spons, dan rumput laut. Berbagai jenis ikan, baik yang berukuran kecil maupun besar, akan terperangkap tanpa pandang bulu. Lebih dari itu, pukat harimau juga sering menangkap spesies non-target (bycatch) seperti lumba-lumba, hiu, dan penyu, yang seharusnya dilindungi. Banyak dari hewan tersebut akhirnya mati sebelum sempat dilepaskan kembali.

Dampak ekologis ini menyebabkan kerusakan lingkungan laut yang bersifat jangka panjang. Terumbu karang yang rusak membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pulih. Populasi ikan pun terancam menurun drastis akibat penangkapan berlebih (overfishing) dan terganggunya rantai makanan. Pada akhirnya, kondisi ini tidak hanya merugikan ekosistem, tetapi juga para nelayan tradisional yang menggantungkan hidup pada laut dalam jangka panjang.

Jala Pukat Harimau

Karena kerusakan yang ditimbulkannya, penggunaan pukat harimau kemudian dilarang di banyak negara, termasuk Indonesia. Pemerintah menetapkan aturan tegas melalui berbagai kebijakan perikanan untuk menghentikan praktik ini. Namun, dalam kenyataan di lapangan, masih ada pihak-pihak yang nekat melanggar hukum demi memperoleh keuntungan cepat. Tindakan tersebut tidak hanya bertentangan dengan aturan, tetapi juga mengancam keberlanjutan sumber daya laut yang seharusnya dijaga bersama.

Dengan demikian, menjaga laut bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh masyarakat, terutama para pelaku usaha perikanan. Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, penegakan hukum yang konsisten, dan peningkatan kesadaran publik menjadi kunci penting untuk memastikan kekayaan laut tetap terjaga bagi generasi mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Air Tanah Dalam: Sumber Air dari Lapisan Akuifer Terkekang

Air Tanah Di kalangan masyarakat, istilah air tanah dalam atau deep well sering digunakan untuk menyebut air tanah yang berada pada lapisa...

Chiba University, Japan

Chiba University, Japan