Minggu, 22 Juli 2018

Banjir dan upaya mengurangi resikonya

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak langsung dialirkan melalui jaringan pengaliran sungai, tetapi sebagian ada yang meresap ke lapisan tanah, dan sebagian lainnya menguap. Sisa penguapan dan peresapan air, barulah dialirkan melalui aliran sungai.

Air hujan yang jatuh pada lahan terbuka akan banyak dialirkan daripada diresap ke dalam lapisan tanah. Sebaliknya, hujan yang jatuh di hutan airnya akan mengalir melalui seresah-seresah dedaunan yang telah lapuk serta akarakar tumbuhan, sehingga kesempatan untuk meresap ke dalam tanah lebih lama. Akan tetapi biasanya dari kanopi hutan banyak air yang menguap (transpirasi). Namun, air hujan akan lebih lama tersimpan dalam lingkungan hutan daripada di lingkungan lahan yang terbuka atau gundul. Akibat banyak air yang tersimpan dalam hutan, air yang mengalir menuju aliran sungai akan berkurang.

Sebaliknya, jika hutan dibuka (ditebangi) dan menjadi lahan gundul maka keadaannya berubah. Banyak air hujan yang dulu tersimpan lebih lama dalam lingkungan DAS akhirnya cepat lolos dan mengalir menjadi air limpasan (runoff). Akhirnya, debit air sungai akan naik melebihi daya tampung saluran, sehingga mengakibatkan bencana banjir

Banyak hal yang mengakibatkan terjadinya banjir, salah satunya adalah penggundulan hutan. Penggundulan hutan banyak meloloskan air hujan menjadi air limpasan. Percikan dan limpasan air tersebut, akan menoreh dan mengikis lapisan atas tanah atau erosi. Akibat erosi, aliran air menjadi keruh sebagai akibat tingginya muatan sedimen. Sedimen tersebut akan dibawa jauh sampai ke hilir sungai dan menjadi bahan yang mendangkalkan saluran sungai. Akibat pendangkalan saluran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banjir.

banjir bandang di Garut

Upaya untuk mengurangi erosi, antara lain melalui usaha reboisasi pada hutan-hutan yang gundul. Dengan demikian, fungsi hutan selain untuk menahan air hujan lebih lama, juga dapat mengurangi bahaya erosi.

Selain akibat penggundulan hutan, banjir juga dapat terjadi akibat pendangkalan, penyempitan, dan penyumbatan saluran sungai. Pendangkalan sungai misalnya disebabkan oleh pengendapan lumpur di badan sungai dan banyaknya sampah yang tersangkut dalam saluran sungai, sehingga pada saat terjadi kenaikan debit air atau saat hujan lebat maka air akan meluap dan akhirnya melebihi tebing atau tanggul saluran sungai dan terjadilah banjir. Oleh karena itu, upaya pengerukan dangkalan sungai sering dilakukan agar air yang masuk dapat tertampung dan tidak meluap.

Penyempitan atau penyumbatan aliran sungai, biasanya akibat dibangunnya rumah-rumah di sepanjang dataran banjir sungai. Selain itu, bertumpuknya sampah gubuk-gubuk kumuh di perkotaan yang biasanya dibangun di tepian sungai, sehingga ketika air meluap, gubuk-gubuk itu menjadi penghalang lancarnya arus sungai. Karena itu, upaya penanggulangan adalah memperbesar kembali daya tampung saluran sungai dengan memindahkan gubuk-gubuk tersebut ke tempat yang jauh dari tepian sungai, tidak membuang sampah ke sungai, selalu membersihkan parit-parit dan selokan agar jalannya air semakin lancar.

Pembangunan waduk merupakan salah satu upaya yang multifungsi. Sebab, selain mampu menampung air dalam jumlah banyak pada saat musim hujan, juga menjadi cadangan persediaan pada musim kemarau. Fungsi waduk akan lebih optimal jika fungsinya dianekaragamkan seperti mengairi sawah, usaha perikanan, dan PLTA.

Dampak negatif dari bencana banjir adalah kerugian, baik moril maupun materiil, di antaranya sebagai berikut:

  • Menimbulkan korban jiwa, baik meninggal dunia akibat hanyut, maupun luka-luka akibat terseret banjir.
  • Hilang atau rusaknya bangunan rumah dan harta benda milik penduduk, sehingga menimbulkan kerugian materiil. Penduduk yang tertimpa banjir tidak jarang tiba-tiba menjadi miskin karena modal dan harta bendanya habis.
  • Setelah banjir selesai, masalah bukan berarti selesai. Tetapi mewabahnya bibit penyakit di daerah bencana. Sebab penduduk selain mengkonsumsi air kotor, juga akibat lingkungan yang tidak sehat karena genangan air kotor bawaan banjir masih tertinggal di permukiman. Lumpur, kotoran, sampah banyak masuk ke rumah-rumah penduduk yang mengakibatkan rumah-rumah tersebut menjadi lembab dan tidak sehat untuk dihuni. Penyakit yang banyak muncul di lokasi bencana banjir biasanya adalah penyakit kulit (gatal-gatal), diare, muntaber, dan lain-lain.


Oleh karena itu, upaya penanggulangan banjir perlu segera dilaksanakan dalam upaya mengurangi resiko yang diakibatkannya, dengan cara sebagai berikut:

  • Melakukan penghijauan pada lahan-lahan yang gundul, terutama di daerahdaerah yang memiliki ketinggian (gunung), hutan, dan bagian hulu DAS.
  • Memperbesar saluran dan daya tampung air hujan atau sungai.
  • Membuat bendungan atau waduk.
  • Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan dan mencintai lingkungan.
  • Mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang pembuatan sumur resapan oleh penduduk agar air hujan dapat ditampung dan diresap lebih lama oleh tanah.
  • Diperbanyak ruang terbuka di perkotaan sebagai tempat peresapan air. 
Reboisasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem adalah tiga tingkat keanekaragaman hayati yang berbeda dan sali...

Chiba University, Japan

Chiba University, Japan