Minggu, 16 Juni 2019

Penanggulangan Bencana Alam Melalui Edukasi, Kearifan Lokal, Dan Pemanfaatan Teknologi Modern


  • Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat bencana alam, edukasi penanggulangan kebencanaan perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan kebencanaan. Dengan pendidikan kebencanaan, masyarakat memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana. Pendidikan kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan formal dan informal. Terkait dengan hal ini, dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014, telah direncanakan adanya implementasi kesiapsiagaan bencana di sekolah/madrasah. Seiring dengan rencana ini, diterbitkanlah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana. Berdasarkan pedoman ini, sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk merespons pada saat darurat dan bencana.
  • Kearifan lokal adalah kekayaan budaya setempat yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.Terkait dengan lingkungan hidup, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan kearifan lokal sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Kearifan lokal masyarakat Indonesia sangat kaya. Bentuk-bentuk kearifan lokal dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. 
  • Beberapa kearifan lokal yang berperan dalam penanggulangan bencana antara lain sebagai berikut.
    1. Nyabuk gunung di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing atau ngais gunung di Jawa Barat atau sengkedan di Bali merupakan sistem pertanian dengan membuat teras sawah mengikuti kontur gunung (contour planting). Kearifan lokal seperti ini dapat mencegah terjadinya tanah longsor.
    2. Kearifan suku Mentawai di Sumatra Barat dalam kegiatan perladangan tidak mengenal sistem tebas bakar.
    3. Semong dalam cerita rakyat Aceh. Semong menjadi semacam mitigasi bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit ketika terjadi gempa.
    4. Tradisi tana' ulen suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur yang melarang penduduk untuk menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menimbulkan kerusakan hutan di dalam wilayah tana' ulen.
    5. Pemanfaatan teknologi modern dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dapat menyelamatkan nyawa dan membantu mencegah kerusakan lingkungan. Contoh teknologi modern dalam penanggulangan bencana antara lain teknologi modifikasi cuaca yang telah sering diterapkan untuk penanggulangan bencana asap kebakaran lahan dan hutan di sejumlah provinsi di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gelombang tsunami, Indonesia menggunakan sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem adalah tiga tingkat keanekaragaman hayati yang berbeda dan sali...

Chiba University, Japan

Chiba University, Japan